LAPORAN PERJALANAN
Disusun oleh
Dhihar eka nurfalah
Ahmad syukron
Nagyan yosse w
Oktafiando S P
Diki fatih alfarabbi
TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
Pada hari minggu tanggal 23 April
2015 kelompok kami melakukan perjalan untuk melihat budayadan rumah adat papua
yang berada di Tman MinI Indonesia Indah (TMII) yang berada di daerah Jakarta
Timur , kami pergi dengan menggunakan kendaraan bermotor, harga tiket masuk untuk kendaraan dan orang senilai Rp13.000.
Kami
langsung mengunjugi anjungan papua, karena kelompok kami tertarik dengan
kebudayaan yang ada dipapua, dan ingin lebih mengenal lebih dalam dan
terpirinci tentang apa saja yang ada di wilayah paling timur dari Indonesia,
kami akan menjelaskan lebih dulu apa itu Papua. Papua negeri yang elok di timur
indonesia, papua di tinggali banyak suku, dan setiap suku di papua mempunyai
adat istiadat yang berbeda.
kebudayaan papua masih kebudayaan murni karena dalam kesehariannya masih
menggunakan peralatan dari batu dan masih bercocok tanam secara tradisional dan
berpindah pindah.
selain adat istiadat tarian papua pun banyak ragam dan macamnya semuanya
mencerminkan suku yang ada di papua, umumnya tarian papua sangat dinamis dan
mencerminkan kegembiraan.
pakain adatnya pun sangat eksotis dengan hiasan di kepala yang
mencerminkan budaya papua.
bukan hanya budayanya papua juga menyimpan wisata yang luar biasa dari salju
abadinya di pegunungan jaya wijaya sampai pantai pantainya yang indah dan masih
asli dan alami. jadi kalau ke indonesia jangan lupa berkunjung juga ke papua
tanah yang elak bagaikan surga , tanah yang terberkati.
berikut beberapa foto buday papua dan keindahan papua.
Keadaan
Sosial Budaya
Sudah sejak lama ujung barat laut Irian dan seluruh pantai utara
penduduknya dipengaruhi oleh penduduk dari kepulauan Maluku (Ambon, Ternate,
Tidore, Seram dan Key), maka adalah tidak mengherankan apabila suku-suku bangsa
disepanjang pesisir pantai (Fak-Fak, Sorong, Manokwari dan Teluk Cenderawasih)
lebih pantas digolongkan sebagai Ras Melanesia dari pada Ras Papua. Zending
atau misi kristen protestan dari Jerman (Ottow & Geissler) tiba di pulau
Mansinam Manokwari 5 Februari 1855 untuk selanjutnya menyebarkan ajaran agama
disepanjang pesisir pantai utara Irian. Pada tanggal 5 Februari 1935, tercatat
lebih dari 50.000 orang menganut agama kristen protestan. Kemudian pada tahun
1898 pemerintah Hindia Belanda membuka Pos Pemerintahan pertama di Fak-Fak dan
Manokwari dan dilanjutkan dengan membuka pos pemerintah di Merauke pada tahun
1902. Dari Merauke aktivitas keagamaan misi katholik dimulai dan pada umumnya
disepanjang pantai selatan Irian. Pada tahun 1933 tercatat sebanyak 7.100 orang
pemeluk agama katholik. Pendidikan dasar sebagian besar diselenggarakan oleh
kedua misi keagamaan tersebut, dimana guru sekolah dan guru agama umumnya
berasal dari Indonesia Timur (Ambon, Ternate, Tidore, Seram, Key, Manado,
Sanger-Talaud, dan Timor), dimana pelajaran diberikan dalam bahasa Melayu.
Pembagian kedua kelompok agama tersebut kelihatannya identik dengan keadaan di
Negeri Belanda dimana Kristen Protestan di Utara dan Kristen Katholik di
Selatan.
Pendidikan mendapat jatah yang cukup besar dalam anggaran pemerintah Belanda,
pada tahun-tahun terakhir masa penjajahan, anggaran pendidikan ini mencapai 11%
dari seluruh pengeluaran tahun 1961. Akan tetapi pendidikan tidak disesuaikan
dengan kebutuhan tenaga kerja disektor perekonomian modern, dan yang lebih
diutamakan adalah nilai-nilai Belanda dan agama Kristen. Pada akhir tahun 1961
rencana pendidikan diarahkan kepada usaha peningkatan keterampilan, tetapi
lebih diutamakan pendidikan untuk kemajuan rohani dan kemasyarakatan. Walaupun
bahasa "Melayu" dijadikan sebagai bahasa "Franca" (Lingua
Franca), bahasa Belanda tetap diajarkan sebagai bahasa wajib mulai dari sekolah
dasar, bahasa-bahasa Inggris, Jerman dan Perancis merupakan bahasa kedua yang
mulai diajarkan di sekolah lanjutan.
Pada tahun 1950-an pendidikan dasar terus dilakukan oleh kedua misi
keagamaan tersebut. Tercatat bahwa pada tahun 1961 terdapat 496 sekolah misi
tanpa subsidi dengan kurang lebih 20.000 murid. Sekolah Dasar yang bersubsidi
sebanyak 776 dengan jumlah murid pada tahun 1961 sebanyak kurang lebih 45.000
murid, dan seluruhnya ditangani oleh misi, dan pelajaran agama merupakan mata
pelajaran wajib dalam hal ini. Pada tahun 1961 tercatat 1.000 murid belajar di
sekolah menengah pertama, 95 orang Irian Belajar diluar negeri yaitu Belanda,
Port Moresby, dan Australia dimana ada yang masuk Perguruan Tinggi serta ada
yang masuk Sekolah Pertanian maupun Sekolah Perawat Kesehatan (misalnya pada
Nederland Nasional Institut for Tropica Agriculture dan Papua Medical College
di Port Moresby).
Walaupun Belanda harus mengeluarkan anggaran yang besar untuk menbangun
Irian Barat, namun hubungan antara kota dan desa atau kampung tetap terbatas.
Hubungan laut dan luar negeri dilakukan oleh perusahaan Koninklijk Paketvaart
Maatschappij (KPM) yang menghubungkan kota-kota Hollandia, Biak, Manokwari,
Sorong, Fak-Fak, dan Merauke, Singapura, Negeri Belanda. Selain itu ada
kapal-kapal kecil milik pemerintah untuk keperluan tugas pemerintahan. Belanda
juga membuka 17 kantor POS dan telekomunikasi yang melayani antar kota. Terdapat
sebuah telepon radio yang dapat menghubungi Hollandia-Amsterdam melalui Biak,
juga ditiap kota terdapat telepon. Terdapat perusahaan penerbangan Nederland
Nieuw Guinea Luchvaart Maatschappij (NNGLM) yang menyelenggarakan
penerbangan-penerbangan secara teratur antara Hollandia, Biak, Manokwari,
Sorong, Merauke, dan Jayawijaya dengan pesawat DC-3, kemudian disusul oleh
perusahaan penerbangan Kroonduif dan Koniklijk Luchvaart Maatschappij (KLM)
untuk penerbangan luar negeri dari Biak. Sudah sejak tahun 1950 lapangan
terbang Biak menjadi lapangan Internasional. Selain penerbangan tersebut, masih
terdapat juga penerbangan yang diselenggarakan oleh misi protestan yang bernama
Mission Aviation Fellowship (MAF) dan penerbangan yang diselenggarakan oleh
misi Katholik yang bernama Associated Mission Aviation (AMA) yang melayani
penerbangan ke pos-pos penginjilan di daerah pedalaman. Jalan-jalan terdapat
disekitar kota besar yaitu di Hollandia 140 Km, Biak 135 Km, Manokwari 105 Km,
Sorong 120 Km, Fak-Fak 5 Km, dan Merauke 70 Km.
Mengenai kebudayaan penduduk atau kultur masyarakat di Irian Barat dapat
dikatakan beraneka ragam, beberapa suku mempunyai kebudayaan yang cukup tinggi
dan mengagumkan yaitu suku-suku di Pantai Selatan Irian yang kini lebih dikenal
dengan suku "ASMAT" kelompok suku ini terkenal karena memiliki
kehebatan dari segi ukir dan tari. Budaya penduduk Irian yang beraneka ragam
itu dapat ditandai oleh jumlah bahasa lokal khususnya di Irian Barat.
Berdasarkan hasil penelitian dari suami-isteri Barr dari Summer Institute of
Linguistics (SIL) pada tahun 1978 ada 224 bahasa lokal di Irian Barat, dimana
jumlah itu akan terus meningkat mengingat penelitian ini masih terus dilakukan.
Bahasa di Irian Barat digolongkan kedalam kelompok bahasa Melanesia dan diklasifikasikan
dalam 31 kelompok bahasa yaitu:
Tobati, Kuime, Sewan, Kauwerawet, Pauwi, Ambai, Turu, Wondama, Roon,
Hatam, Arfak, Karon, Kapaur, Waoisiran, Mimika, Kapauku, Moni, Ingkipulu,
Pesechem, Teliformin, Awin, Mandobo, Auyu, Sohur, Boazi, Klader, Komoron, Jap,
Marind-Anim, Jenan, dan Serki. Jumlah pemakai bahasa tersebut diatas sangat
bervariasi mulai dari puluhan orang sampai puluhan ribu orang.
Secara tradisional, tipe pemukiman masyarakat Irian Barat dapat dibagi
kedalam 4 kelompok dimana setiap tipe mempunyai corak kehidupan sosial ekonomi
dan budaya tersendiri.
Penduduk pesisir pantai;
Penduduk ini mata pencaharian utama sebagai Nelayan disamping berkebun
dan meramu sagu yang disesuaikan dengan lingkungan pemukiman itu. Komunikasi
dengan kota dan masyarakat luar sudah tidak asing bagi mereka.
Penduduk pedalaman yang mendiami dataran rendah;
Mereka termasuk peramu sagu, berkebun, menangkap ikan disungai, berburu
dihuta disekeliling lingkungannya. Mereka senang mengembara dalam kelompok
kecil. Mereka ada yang mendiami tanah kering dan ada yang mendiami rawa dan
payau serta sepanjang aliran sungai. Adat Istiadat mereka ketat dan selalu
mencurigai pendatang baru.
Penduduk pegunungan yang mendiami lembah;
Mereka bercocok tanam, dan memelihara babi sebagai ternak utama, kadang
kala mereka berburu dan memetik hasil dari hutan. Pola pemukimannya tetap
secara berkelompok, dengan penampilan yang ramah bila dibandingkan dengan
penduduk tipe kedua (2). Adat istiadat dijalankan secara ketat dengan
"Pesta Babi" sebagai simbolnya. Ketat dalam memegang dan menepati
janji. Pembalasan dendam merupakan suatu tindakan heroisme dalam mencari
keseimbangan sosial melalui "Perang Suku" yang dapat diibaratkan
sebagai pertandingan atau kompetisi. Sifat curiga tehadap orang asing ada
tetapi tidak seketat penduduk tipe 2 (kedua).
Penduduk pegunungan yang mendiami lereng-lereng gunung;
Melihat kepada tempat pemukimannya yang tetap di lereng-lereng gunung,
memberi kesan bahwa mereka ini menempati tempat yang strategis terhadap jangkauan
musuh dimana sedini mungkin selalu mendeteksi setiap makhluk hidup yang
mendekati pemukimannya. Adat istiadat mereka sangat ketat, sebagian masih
"KANIBAL" hingga kini, dan bunuh diri merupakan tindakan terpuji bila
melanggar adat karena akan menghindarkan bencana dari seluruh kelompok
masyarakatnya. Perang suku merupakan aktivitas untuk pencari keseimbangan
sosial, dan curiga pada orang asing cukup tinggi juga.
Dalam berbagai kebudayaan dari penduduk Irian ada suatu gerakan kebatinan
yang dengan suatu istilah populer sering disebut cargo cults. Ada suatu
peristiwa gerakan cargo yang paling tua di Irian Jaya pada tahun 1861 dan
terjadi di Biak yang bernama "KORERI". Peristiwa atau gerakan cargo
terakhir itu pada tahun 1959 sampai tahun 1962 di Gakokebo-Enarotali (kabupaten
Paniai) yang disebut " WERE/WEGE" sebagaimana telah dikemukakan bahwa
gerakan ini yang semula bermotif politik.
Pada waktu Belanda meniggalkan Irian Barat, posisi-posisi baik dibidang
pemerintahan, pembangunan (dinas-jawatan) baik sebagai pimpinan maupun pimpinan
menengah diserahterimakan kepada putra daerah (orang Papua/Irian Barat) sesuai
dengan kemampuan yang mereka miliki. Juga seluruh rumah dan harta termasuk
gedung dan tanah milik orang Belanda itu diserahkan kepada kenalan mereka orang
Papua (pembantu dan teman sekerja) untuk dimiliki, karena mereka tidak bisa
menjualnya dan juga tidak ada pembeli pada masa itu.
Belanda juga meninggalkan ekses konflik antara suku-suku besar sebagai
akibat dari aktivitas politik yaitu pertentangan antara "Elite
Pro-Papua" dan "Elite Pro-Indonesia" yang ditandai dengan
pertentangan antara "Suku Biak lawan Suku Serui, Suku tanah Merah-Jayapura
lawan Suku Serui", sekalipun dalam hal ini tidak semua orang Biak itu pro-Papua,
tidak semua orang Serui itu pro-Indonesia dan tidak semua orang Tanah
Merah-Jayapura itu pro-Papua dan pro-Indonesia.
Berdasarkan pengalaman Belanda di Indonesia atau Hindia-Belanda dalam
kemerdekaan tahun 1945, maka Belanda didalam menjajah Irian Barat sangat
hati-hati sekali dalam meningkatkan kehidupan Masyarakat di berbagai bidang,
dan Belanda sengaja memperlambat perkembangan di Irian Barat/Nieuw Guinea
sesuai dengan permintahaan dan kebutuhan orang-orang Irian Barat. Katakanlah
bahwa ini suatu bentuk "Etis-Politik Gaya Baru". Termasuk didalamnya
usaha untuk membentuk "Nasionalisme Papua". Cara Belanda yang
demikian itu menyebabkan orang-orang Irian Jaya tidak merasa bahwa mereka
sedang dijajah sebab mereka hidup dalam suatu keadaan perekonomian yang baik dan
tidak merasakan adanya penderitaan dan tekanan dari Belanda.
Papua
Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.
Lompat ke: navigasi, gelintar
Papua ialah sebuah daerah daftar kata indonesia ialah (Provinsi) di
Indonesia yang terletak di bahagian barat kepulauan New Guinea dan pulau-pulau
di sekitarnya.
Papua kadangkala dipanggil sebagai Papua Barat kerana Papua boleh dirujuk
kepada seluruh kepulauan New Guinea atau bahagian selatan negara jirannya,
Papua New Guinea. Papua Barat ialah sebutan yang lebih disukai oleh para
nasionalis yang ingin memisahkan Papua daripada Indonesia dan membentuk negara
sendiri. Daerah (Provinsi) ini dahulu dikenali dengan panggilan Irian Barat
sejak tahun 1969 hingga 1973, namanya kemudian ditukarkan menjadi Irian Jaya
oleh Suharto, nama yang tetap digunakan secara rasmi hingga tahun 2002. Nama
daerah (provinsi) ini diganti menjadi Papua sesuai dengan UU No 21/2001
Autonomi Khusus Papua. Pada masa era penjajahannya, wilayah ini disebut New
Guinea Belanda (Dutch New Guinea).
Papua merupakan daerah (provinsi) yang terletak di wilayah paling timur
negara Republik Indonesia dan merupakan daerah yang penuh harapan. Daerahnya
belum banyak diterokai oleh aktiviti manusia dan Papua kaya dengan sumber alam
yang menjanjikan peluang untuk berniaga dan berkembang. Tanahnya yang luas
dipenuhi oleh hutan, laut dan pelbagai biotanya dan berjuta-juta tanahnya yang
sesuai untuk pertanian. Dalam perut buminya juga menyimpan gas asli, minyak dan
pelbagai bahan galian yang hanya menunggu untuk diterokai
Berikut hasil foto dari perjalanan kami
Berikut hasil foto dari perjalanan kami
Demikanlah laporan perjalanan kami, terimakasih.
0 Comments:
Post a Comment